This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 14 September 2015

Make Your Move and Change Your Life With Business


Pada tanggal 10 September 2015 kemarin, IWITA ikut berpartisipasi dalam acara FEW (FST Entrepreneurship Week) 2015 yang diadakan oleh DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta. Acara seminar nasional kewirausahaan tersebut merupakan acara tahunannya DEMA FST. Tahun ini merupakan tahun kedua diadakannya FEW. 


Dalam acara ini, terdapat beberapa rangkaian acara, seperti National Business Plan Competition, Seminar Nasional Kewirausahaan, dan Business Coaching. Yang menarik dalam acara ini, peserta dalam business plan competition berasal dari berbagai kota di Indonesia dengan pesertanya rata-rata adalah mahasiswa dari universitas-universitas di Indonesia dengan berbagai business plan atau perencanaan bisnis yang sangat menarik. 

Seperti beberapa bisnis yang dijalankan oleh mahasiswa-mahasiswa hebat ini, House of Mushroom (Universitas Diponegoro), Delichoux Pattiserie (Institut Teknologi Bandung), Bubu Bag (Institut Pertanian Bogor), Nasi Rusuh (Institut Teknologi Kalimantan), IT Center Studio (Universitas KH. A. Wahab Hasbullah), OSKA / Kaos Kampus (Universitas Brawijaya & Universitas Pendidikan Indonesia),  V Expedition (Institut Teknologi Bandung), Smart Watch - Regulation of Human Biological Clock (Universitas Gunadarma), Cakra (Prasetya Mulya), Tanyadong (Institut Teknologi Sepuluh November), Ketan Rainbow (Universitas Diponegoro), Kedai Oppa (Universitas Sriwijaya), Industri Rumah Tangga Suding Ngaji (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), Game Edukasi Heroes Tales (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), dan Puddingah Jelly (Universitas Indonesia).

Selain ada kompetisi bisnis yang sangat menarik tersebut, acara seminar nasional kewirausahaan juga tidak kalah menarik lho.. peserta seminar yang hadir berjumlah kurang lebih 300 orang dengan rata-rata pesertanya adalah mahasiswa baik dari Jakarta maupun luar Jakarta. Antusias peserta dalam seminar nasional kewirausahaan ini turut membangkitkan semangat para pembicaranya juga dalam memberikan materi seputar kewirausahaan. Dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang memiliki banyak pengalaman dalam dunia bisnis diantaranya Om Dodi yaitu seorang business consultant, IWITA dengan menghadirkan 2 pembicara yaitu Ibu Martha Simanjuntak (Founder IWITA dan CEO IWITA Business Consultant) dan Yohanes Merci (Tim IWITA untuk digital marketing consultant & business packaging), dan juga Mas Bagus Aryo dari business & merchant development tokopedia. 

Harus diakui, dunia bisnis memang tidak akan pernah berhenti dalam berinovasi, dengan beragam jenis bisnis barang maupun jasa. Dengan berbisnis dan menjadi seorang entrepreneur pun membuat kreativitas dari anak bangsa lebih berkembang. Semoga anak muda bangsa Indonesia akan terus menjadi anak bangsa yang selalu dibanggakan dengan karya-karyanya..
  
Make you Move and Change your Life adalah materi yang diangkat oleh Tim IWITA, dimana menjadi suatu keunggulan seorang pebisnis jika dia bisa menganalisa, melihat dan menciptakan sebuah peluang sehingga dapat mengambil keputusan untuk merubah the way of his/her life untuk menjadi lebih baik, creative sesuai dengan style/passion nya dengan meningkatkan pengetahuannya sebagai fondasi yang kuat serta jaringan yang luas. 


“Salam Pemuda, Salam Wirausaha”
“When Idea, Soul, and Passion Meet Business” 

#perempuan&teknologi #entrepreneurship #business#digitalmarketing


Jumat, 04 September 2015

Telaga Ranjeng, Keindahan yang Masih Tersembunyi


Berikut adalah cerita pengalaman liburan dari salah pemenang kompetisi menulis IWITA 
“Abadikan Saat Indah” 
-capture the moment, the value of experience and the best way to see the beauty of Indonesia-

Bernama Cahyanto dengan judul tulisan Telaga Ranjeng, Keindahan yang Masih Tersembunyi

Telaga Ranjeng, Keindahan yang Masih Tersembunyi

Sebagai warga negara Indonesia sudah sepatutnya kita bersyukur atas karunia Tuhan akan keindahan alam Indonesia. Mulai dari lautan, pantai, pegunungan, danau dan lain sebagainya. Namun belum semua potensi kendahan alam negara kita dikembangkan menjadi suatu objek wisata. Salah satunya adalah telaga Ranjeng atau biasa orang menyebutnya Telaga Renjeng. 


 
Gambar: Keindahan Telaga Ranjeng

Telaga Ranjeng merupakan suatu cagar alam yang terletak di kecamatan Paguyangan, kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Cagar alam yang memiliki luas sekitar 48,5 Ha ini berada di ketinggian sekitar 1000 mdpl. Kawasan yang berada dibawah pengelolan pihak Perhutani ini terdiri dari sebuah telaga yang dikelilingi hutan pinus. Udara dikawasan ini masih segar, karena berada dipegunungan yang belum banyak tercemar polusi.



 

Gambar: Papan Informasi tentang Telaga Ranjeng 
Kawasan cagar alam ini sudah ada sejak tahun 1925, tepatnya berdasarkan SK Gubernur Belanda No. 25 tanggal 11 januari 1925. Namun sayang sekali, walaupun sudah berusia sangat lama, objek wisata potensial ini nampak tidak terawat. Ini terlihat dari beberapa fasilitas umum yang minim keberadaannya bahkan tidak ada. Misalnya saja untuk tempat sampah, sangat sedikit tempat sampah yang disediakan dilokasi ini. Tak heran banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan. Toilet yang layak juga masih belum tersedia di lokasi ini. 
Untuk menikmati pemandangan dari bibir telaga pengunjung juga harus ekstra hati-hati. Pasalnya bibir telaga bukan dari tanah atau bebatuan, melainkan semak-semak. Jika tidak hati-hati, bisa saja pengunjung terperosok. Pengunjung yang memakai sepatu juga harus melepas sepatunya, jika tidak akan basah karena lokasi bibir telaga yang becek. 


Di dalam telaga sendiri terdapat banyak sekali ikan. Pengunjung bisa memberi makan ikan-ikan tersebut dengan makanan yang dijajakan oleh penjual di sekitar telaga. Ada mitos yang berkembang dikalangan masyarakat yang mengatakan bahwa ikan-ikan di telaga ini tidak boleh di ambil atau dibawa pulang. Jika mitos ini dilanggar, maka pelakunya akan mengalami sakit. 



Akses menuju lokasi juga masih lumayan sulit. Jalan dari kota kecamatan masih banyak yang rusak dengan beberapa tanjakan curam dan berkelok.. Angkutan umum yang beroperasi juga hanya mobil bak terbuka. Namun semua perjuangan untuk mencapai lokasi akan terobati dengan indahnya pemandangan disekitar. Selain pemandangan telaga, pengunjung juga akan dimanjakan dengan pemandangan kebun-kebun sayuran milik petani yang terhampar luas. 

Sayuran seperti kol, tomat, labu siam, wortel tumbuh subur didaerah ini. Tentu saja pemandangan ini sangat cocok bagi anda yang selama ini melakukan rutinitas di kota besar yang sumpek dengan kemacetan dan polusi, atau berlama-lama duduk didepan komputer. Bisa juga menjadi sarana edukasi bagi anak-anak untuk mengenal pertanian dan tanaman. 


Jika objek wisata ini dikelola dengan baik, misalnya dengan menambah fasilitas di telaga, seperti taman dan tempat duduk. Mungkin objek wisata ini bisa menjadi aset yang membanggakan bagi masyarakat sekitar.
Selain Telaga Ranjeng, di kawasan ini ada objek wisata lain, yaitu Agrowisata Kaligua (kebun teh), Gua Jepang, Mata air Abadi Tuk Bening.



Penulis : Cahyanto
Nama Blog       : (www.ngapak.id, www.blogbagus.com)


Kampung Naga dalam Menjaga Hutan



Berikut adalah cerita pengalaman liburan dari salah pemenang kompetisi menulis IWITA “Abadikan Saat Indah” 
-capture the moment, the value of experience and the best way to see the beauty of Indonesia-

Bernama Yulia Rahmawati dengan judul tulisan Kampung Naga dalam Menjaga Hutan
  

Kampung Naga dalam Menjaga Hutan



Saya sendiri mendengar Kampung Naga sudah lama, kampung yang menghadirkan tradisi yang menghormati alam dan lingkungan. Kehidupan masyarakat yang sangat mengikuti tradisi dan adat Sunda. Perjalanan ke Kampung Naga sangatlah mudah, karena letaknya dekat jalan raya kabupaten. Minggu lalu saya berkesempatan mengunjungi kampung ini, kami naik kendaraan pribadi dari arah Tasikmalaya. Dari arah Singaparna, ibukota Kabupaten Tasikmalaya, kami menuju Salawu. Kampung ini ditandai dengan gerbang kampung yang bertuliskan Kampung Naga. Kami langsung menuju tempat parkir, tidak berapa lama datang pemandu wisata yang menawarkan pilihan berjalan keliling sendiri atau menggunakan guide.

Untuk jalan sendiri, pemandu mengatakan bahwa ada hal-hal yang tidak diperbolehkan ketika berada di dalam kampung, yaitu memotret Imah Gede. Imah Gede adalah rumah atau tempat berkumpulnya para pemuka adat bila ada perayaan adat. Dalam setahun, ada 6 kali perayaan adat. Tempat pusat perayaan tersebut berada di Imah Gede. Mendengar penjelasan dari pemandu, maka kami memilihnya untuk memandu kami. Maka, dia pun memberi penjelasan dari mulai tugu kujang yang berada di tempat parkiran.

Kujang tersebut sudah berumur lama, dan satu dari seratus kujang yang ada. Kujang ini dibersihkan di Keraton Mataram. Awalnya, kujang ini akan disimpan di dalam kampung, namun ketua adat tidak mengijinkannya, maka kujang tersebut berada di dekat gerbang luar kampung. Berdiri tegak sebagai pusaka sejarah, menyambut para wisatawan yang datang ke kampung ini. Berjejer toko-toko souvenir dan makanan di pinggir parkiran.Kami masih berada di luar wilayah kampung adat, karena untuk menuju ke sana harus melalui 400 lebih tangga. Iya, Kampung Naga ini berada di dalam lembah. Dengan sungai Ciwulan yang mengalir, melingkari hutan larangan dan hutan keramat. Hamparan sawah terairi dari selokan yang airnya mengalir deras meskipun musim kemarau.




Setelah menuruni 400 lebih tangga, kami disuguhi hamparan sawah yang sedang hijau. Padi yang tumbuh tinggi adalah padi organik, sedangkan yang masih kecil adalah padi berpupuk orea. Luas kampung adat ini tidak berubah. Dan setiap penduduk kampung mengetahui batas tanahnya, tanpa meski ada patok atau tanggul tanda batas tanah. Saling percaya dan kerjasama ini merupakan ciri khas dari Kampung Naga.
Kampung ini memiliki dua hutan, yaitu hutan keramat dan hutan larangan. Hutan keramat merupakan hutan yang bila masuk ke dalamnya atas ijin ketua kampung. Di dalamnya ada banyak kuburan leluhur kampung. Adapun hutan larangan, sama sekali tidak ada yang bisa masuk, sekalipun ketua adat harus dengan syarat tertentu. Hutan larangan ini menjadi hutan yang terjaga dari tangan manusia. Ranting yang jatuh pun tidak boleh diambil, apalagi dipatahkan.
Ada satu hal yang menjadi penetapan keterjagaan lingkungan alam Kampung Naga adalah kepatuhan pada adat. Pamali, adalah kata yang sakral dan tidak boleh dilakukan oleh siapa pun. Sekali pamali, maka tidak boleh dilakukan. Pelarangan atau pamali ini lahir secara turun temurun menjadi kesadaran warga untuk menjaga lingkungan.


Kesadaran dan kearifan lokal yang terus dijaga dalam menegakkan berdirinya pohon-pohon pada tempatnya. Pernah ada yang mematahkan ranting hutan larangan yang jatuh ke luar area hutan, dia menderita dan sakit. Bukan penduduk kampung yang menghukum pelanggar norma adat, tetapi perbuatan orang tersebut yang menyebabkan orang tersebut mendapatkan musibah. Demikian kata pemandu ketika kami menelisik akan orang yang melanggar ketetapan adat. Ketika tradisi sudah menjadi asing, kebiasaan menjaga alam menjadi sudah tidak ada, maka kehidupan berkearifan budaya dalam menjaga alam dan lingkungan menjadi aneh dan tontonan.

Ketika kajian budaya hanya menjadi wacana, kehidupan warga pun tetap tergerus oleh arus globalisasi zaman. Pembelajaran dan pemberdayaan lingkungan alam, semoga bukan hanya menjadi simbol kearifan lokal, tetapi menjadi pembelajaran pemerintah dan pemangku kebijakan dalam menetapkan kebijakan publik yang berbudaya dan beretika.
Bila ingin mengunjungi dan belajar kearifan lokal, maka bisa datang ke Kampung Naga. Dari Jakarta bisa lewat Garut, lalu ke Singaparna, Tasikmalaya. Adapun jika menggunakan kendaraan umum dari Jakarta, bisa naik bis Karunia Bakti, Jakarta-Garut, dan minta berhenti di Kampung Naga. Memasuki kampung ini tidak dipungut biaya, tetapi bagi yang membawa kendaraan pribadi seperti mobil, biaya parkir dikenai harga Rp.10.000, plus biaya asuransi jiwa. Selamat berwisata, dan mencintai budaya. Merdeka!!!


Penulis: Yulia Rahmawati