and Then I realized ADVENTURES are the best way to LEARN
Labuan Bajo
Labuan Bajo saat ini menjadi perhatian wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal. Labuan Bajo merupakan pelabuhan kecil yang cantik di ujung paling barat pulau Flores dan merupakan pintu masuk ke Taman Nasiona Komodo (TNK) dan pulau-pulau cantik lainnya di Flores. Menghipnotis para pengunjung, dengan pemandangan yang sangat indah, spektakuler dan membuat kita merasa nyaman. Believe me, it’s like a Paradise...:)
Perjalanan ke Labuan Bajo bukan hanya perjalanan wisata
saja, bersama dua orang teman yang membantu melakukan riset atau studi terkait
perilaku wisatawan yang datang ke Labuan Bajo, perjalanan ini tetap saja terasa
spesial karena lokasi yang kami tuju adalah lokasi favorit wisatawan
mancanegara.
Kami tiba di Bandara Komodo (Labuan Bajo) pada hari
Senin, 11 Mei 2015 jam 3 sore dengan menggunakan maskapai penerbangan
Lion-Wings dimana sebelumnya transit di Denpasar selama +2½ jam. Disana
kami disambut beberapa orang (pria) yang menawarkan jasa penginapan,
transportasi dan jasa wisata. Pertama kali berkunjung ke Labuan Bajo hanya
bermodalkan informasi dari internet dan beberapa nomor telepon hotel yang sudah
kami catat dimana kami bermalam nantinya. Harus pandai bernegosiasi dengan
orang-orang tersebut, akhirnya salah satu teman kami berhasil mendapatkan satu
orang pria (Pak Sipri) yang akan membantu kami mendapatkan transportasi menuju
hotel yang ternyata letak hotel kami hanya 10 menit perjalanan menggunakan
mobil. Sebagai catatan bahwa Labuan Bajo adalah kota kecil dimana lokasi
Bandara tidak jauh dari Labuan Bajo sehingga tidak sulit menemukan hotel-hotel
di Labuan Bajo. Biasanya orang-orang yang menawarkan jasa trasnportasi akan
membuka harga awal untuk transportasi ke hotel (yang paling dekat) adalah Rp.
50.000 (lima puluh ribu rupiah)
Tiba di tempat penginapan yang sudah kami pesan sebelumnya melalui internet, yaitu Bajo View yang merupakan tempat penginapan berkonsep tenda-tenda namun bersih dan pemandangannya langsung menghadap ke pelabuhan. Tempatnya sangat unik, sudah pasti banyak wisatawan mancanegara yang senang tinggal disini khususnya para backpacker. Selama kami menginap disana (check in 11 Mei, check out 12 Mei) terlihat bahwa mayoritas yang menginap adalah wisatawan mancanegara. Pengamatan kami selama disana sebagai berikut:
- Tempat penginapan: selain fasilitas tempat
beristirahat dalam bentuk tenda-tenda cantik dan bersih (kasur dari spons
tebal dan bantal mungil 2 buah disebelah kiri dan kanan, jika ingin
ditambah selimut akan dikenakan biaya tambahan). Kamar
mandi luar yang terdiri dari 8 pintu (digunakan secara bergantian). Sesuai
informasi dari penerima tamu (front desc) bahwa penginapan tersebut adalah
milik warga negara Itali dan dikelola oleh masyarakat setempat. Staff
front desc juga adalah masyarakat setempat, terlihat sekali bahwa mereka
fasih berbahasa Inggris.
- Harga: untuk wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara
dikenakan harga yang sama. Sangat sesuai untuk backpacker
- Fasilitas wifi, ruang tunggu terbuka menghadap ke
pelabuhan, minuman dingin (tidak menjual makanan).
- Pengunjung: kebanyakan adalah wisatawan mancanegara
yaitu Jerman, Prancis, Belanda, Australia, Singapore dan lainnya. Kami
sempat berbincang dengan beberapa wisatawan yang berasal dari Prancis dan
Australia dan mendapatkan informasi pengalaman mereka selama di Labuan Bajo.
Mereka sangat mengagumi Indonesia yang kaya akan budaya, pulau-pulau serta
keramahannya
- Gambar (sumber: internet dan photo pribadi)
Malam itu kami mencari mencari makan yang tidak jauh dari tempat penginapan, atas rekomendasi staff di front desc kami berangkat menuju Paradise Bar dengan berjalan kaki, yang ternyata disana sudah tidak menjual makanan dan hanya menjual snack dan minuman. Sekali lagi karena tujuan kami adalah mendapatkan informasi maka kami sempatkan untuk minum sebentar dan berbicara dengan orang-orang yang bekerja disitu. Pengunjung Paradise Bar hampir semua wisatawan asing. Akhirnya kami bertemu dengan Pak Darno yang merupakan pekerja free lance yang bisa membantu wisatawan mendapatkan informasi apapun di Labuan Bajo. Beliau adalah salah satu masyarakat setempat dan tinggal bersama keluarganya disitu. Dari Pak Darno inilah kami mendapatkan banyak informasi terkati kondisi pariwisata di Labuan Bajo, peranan masyarakat setempat, pemerintah, pihak asing (investor) maupun lembaga masyarakat lainnya. Dari Pak Darno itu juga kami mendapatkan informasi bahwa di Labuan Bajo ada sentra kuliner, tempat makan terbuka dengan konsep tenda. Semua makan lokal dijual disana kebanyakan makanan laut. Menu malam itu adalah ikan bakar krapu, sop asam ikan dan lalapan. Nikmat sekali, apalagi pada saat itu kami sangat kelaparan.
Labuan Bajo Harbour |
Hari ke dua (Selasa, 12 Mei 2015) sesuai kesepakatan sebelumnya dari Pak
Sipri bahwa kami akan berkeliling pulau di Labuan Bajo selama 2 hari 1 malam.
Kami sudah sampaikan sebelumnya bahwa kami ingin bergabung dengan wisatawan
asing selama perjalanan tersebut. Akhirnya kami dipertemukan dengan sepasang
muda mudi (Mavin and Paxi) warga negara Jerman yang ternyata salah satunya
(pria) adalah mahasiswa Udayana (Bali) yang mengambil jurusan sastra Indonesia.
Sangat sederhana alasannya mengambil jurusan tersebut karena dia adalah seorang
traveler sejati yang senang berkunjung ke Indonesia (beberapa kota di Indonesia
sudah dia kunjungi) dan dia ingin sekali bisa berbahasa Indonesia.
Mulai
berlayar menggunakan kapal yang diperuntukkan untuk membawa wisatawan (kapal
tropic) dengan fasilitas 2 kamar yaitu kamar dengan 1 tempat tidur dan kamar
lainnya berisi 2 tempat tidur. Jangan beranggapan bahwa kamar tersebut seperti
kamar hotel, namun lumayan bersih untuk istirahat dan meletakkan barang-barang
yang dibawa selama perjalanan. Fasilitas lainnya yang ada di kapal adalah dapur,
kamar mandi dan dak kapal yang digunakan sebagai tempat duduk-duduk sambil
melihat pemandangan selama perjalanan. Kami ditemani juga 1 orang kapten kapal,
dua orang crew kapal yang ternyata lihai dalam memasak. Merekalah yang akan
memasak makanan selama perjalanan yaitu sarapan, makan siang dan makan malam
kami. Ketiga pemuda ini bisa diperkirakan berumur sekitar 25 tahun dan
merupakan masyarakat setempat.
Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Kanawa. Sesuai informasi
Pulau ini dimiliki (disewa) oleh warga negara Spanyol selama 3 tahun dan sangat
disayangkan kapal umum tidak diperkenankan bersandar di dermaga pulau dimana
pemilik pulau hanya mengijinkan kapal yang bersandar adalah kapal yang membawa
wisatawan yang bermalam di Pulau tersebut. Terlihat dari kejauhan bahwa pulau
tersebut dilengkapi dengan cottage-cottage kecil bagi wisatawan yang bermalam
di Pulau Kanawa.
Kapal kami bersandar tidak jauh dari pulau, dimana wisatawan bisa berenang
dan snorkling disekitar pulau. Laut yang biru dan ombak yang tenang memudahkan
para wisatawan untuk berenang maupun menyelam. Dengan kelengkapan snorkling
yang sudah kami sewa sebelum berlayar kami dapat menikmati pemandangan bawah
laut yang sangat cantik. Ikan-ikan kecil berwarna warni, terumbu karang dan
lainnya. Satu jam menikmati pemandangan bawah laut disekitar Pulau Kanawa kami
melanjutkan perjalanan ke pulau berikutnya yaitu Pulau Manta. Perjalanan menuju
pulau Manta dari Pualu Kanawa sekitar 2 jam.
Pulau Kanawa |
Pulau Manta |
Pulau Manta dikenal sebagai pulau dengan habitat ikan pari raksasa (Manta).
Wisatawan bisa snorkling di sekitar pulau dan melihat pemandangan bawah laut
bersama ikan pari/manta. Pada saat kami disana kebetulan sekali musimnya bagus
dimana ikan pari banyak berkeliaran di dalam laut dan wisatawan dapat
mendokumentasikan ikan-ikan tersebut. Untuk mencapai pulau berikutnya yang
merupakan pulau terakhir pada hari itu maka snorkling selama satu jam dirasa
cukup untuk menikmati pemandangan pulau Manta dan lautnya. Begitu indahnya
pemandangan di Pulau Kanawa dan Manta membuat kami lupa dengan terik matahari,
tidak memperdulikan kulit yang terbakar oleh hangatnya matahari sepanjang hari
itu.
Pink Beach |
Ada
bukit juga disana dan kita bisa mendokumentasikan keindahan pulau dari atas
bukit.
Pink Beach |
Pulau Kalong |
Pulau Kalong |
Matahari
terbit pada hari Rabu, 13 Mei 2015. Kami mulai bersiap-siap untuk perjalanan
berikutnya, dan yang tidak terlupakan adalah suasa pagi itu (sunrise), sulit
menggambarkan dalam kata-kata, dimana kami bisa melihat
pemandangan matahari terbit dan bulan mulai terbenam dalam satu garis...so
beautiful and amazing...
Sarapan
pagi itu adalah pisang goreng, kopi dan teh. Terasa nikmat karena ditambah
suasana pagi yang indah dan menakjubkan. Tujuan berikutnya adalah Pulau Komodo.
Pulau Komodo telah ditetapkan sebagai salah satu keajaiban alam dunia.
Tentunya seluruh dunia sudah mengetahuinya, namun belum banyak orang yang
datang ketempat ini karena bagi ukuran masyarakat Indonesia, berwisata ketempat
ini masih tergolong mahal yaitu biaya transportasinya (dengan pesawat sekitar
Rp. 3juta lebih, untuk pulang pergi). Namun bagi wisatawan asing, dengan
perjalanan yang sangat jauh menuju ke Pulau Komodo mereka juga harus
mempersiapkan biaya yang jauh lebih mahal karena selain biaya pesawat, kapal
dan lainnya, mereka tidak hanya stay beberapa hari, namun dalam hitungan
minggu.
Pulau Komodo |
Kami
mendapatkan informasi dari beberapa wisatawan asing dan informasi dari
masyarakat setempat sebagai pelaku pariwisata (hotel, restaurant, sewa mobil,
sewa kapal dan retribusi ke lokasi wisata), tentunya ada perbedaan harga untuk
wisatawan asing. Namun buat wiastawan tersebut, tidak begitu menjadi masalah
karena salah satu gaya hidup mereka adalah menabung untuk Traveling ke
negara-negara lain. Mereka sudah sangat mempersiapkannya. Menurut mereka dengan
adanya hotel dengan harga murah/ekonomis/low budget, sangat terbantu sekali,
mengingat tujuan mereka ke Labuan Bajo bukan beristirahat namun mendapatkan
pengalaman (adventure) baru yang berbeda dengan di negara mereka. Udara tropis
merupakan salah satu alasan mereka untuk datang ke Indonesia.
Kami menikmati Pulau Komodo selama dua jam lebih, mengelilingi bukit,
mengambil gambar-gambar dari sekeliling pulau dari atas bukit, berfoto dengan
komodo dan melihat gerak gerik komodo disertai beberapa informasi sejarah Pulau
Komodo dari guide setempat. Di pulau Komodo ada fasilitas lainnya yaitu
warung-warung kecil dan toko cindera mata, malah ada yang jual Batu Akik and I
bough one!..:). Jadi jangan lupa bawa dompet anda jika mampir ke Pulau ini.
Pulau Komodo |
Pulau Rinca |
Puas di
Pulau Komodo kami melanjutkan lagi perjalanan ke Pulan Rinca yang jaraknya
tidak begitu jauh dari Pulau Komodo. Di pulau Rinca juga ada habitat binatang
Komodo, namun ada perbedaan secara fisik antara komodo di Pulau Komodo dengan
komodo di Pulau Rinca, yaitu komodo di Pulau Rinca lebih ganas, jari-jarinya
masing-masing 4 sedangkan komodo di Pulau Komodo jari-jarinya ada 5, sama
seperti manusia. Cerita dari masyarakat setempat kenapa komodo di Pulau Komodo lebih
jinak karena konon bahasa nenek moyang di Pulau Komodo sama dengan binatang
Komodo dan dengan bentuk fisik yang
berjari 5 menunjukkan adanya kedekatan dengan manusia. Sehingga
masyarakat Pulau Komodo turut terlibat melestarikan Komodo sedangkan komodo di
Pulau Rinca bukan dipelihara oleh masyarakat pulau itu, namun masyarakat dari
luar pulau.
Tidak
terasa sudah hampir siang, kami melanjutkan perjalanan ke pulau berikutnya
sambil makan siang di kapal. Kami menuju Pulau Kelor yang sebenarnya tujuan kami
adalah kembali ke pelabuhan Labuan Bajo. Namun atas permintaan dari Mavin dan
Paxi yang masih ingin snorkling maka setelah berdiskusi dengan kapten kapal,
dia mengijinkan kami snorkling sejenak di Pulau Kelor. Terlihat sekalli Mavin
dan Paxi sangat senang karena menurut mereka, mereka lebih suka menikmati
wisata pantai daripada pegunungan.
Pulau Kelor |
Pulau Kelor, sama indahnya dengan pulau sebelumnya. Kapal kami bersandar
dan para wisatawan kembali berenang dan snorkling. Disana juga ada bukit kecil
yang hijau, airnya jernih berwarna kebiru-biruan. Kami hanya sebentar di Pulau
ini karena harus mengejar waktu agar tiba di pelabuhan Labuan Bajo sebelum
senja.
Pulau Kelor |
Pulau Kelor |
Kembali
ke pelabuhan Labuan Bajo, kami berpisah dengan Mavin dan Paxi untuk bermalam di
penginapan berikutnya yang ternyata kami tinggal di penginapan yang sama.
Gardena Bungalow Labuan Bajo, ditempat ini juga terlihat dan sesuai infromasi
dari front desc bahwa mayoritas wisatawan yang menginap adalah wisatawan asing.
Membersihkan diri dan beristirahat sejenak sambil mengisi ulang semua gadget
dan update status di sosial media...:)
Kamis, 14 Mei 2015. Kami memutuskan mencari wisata lain yang berbeda dengan
sebelumnya. Atas informasi Pak Sipri, dimana kami menyewa mobilnya sampai
keesokan harinya sekalian ke Bandara untuk kembali ke Jakarta, kami diajak ke
Cunca Wulang.
Cunca Wulang adalah salah satu
air terjun yang berada di kabupaten Manggarai Barat selain Cunca Lolos dan
Cunca Rami. Cunca Wulang lebih tepat disebut sebagai Canyon karena menyerupai
aliran sungai yang diapit oleh aliran tebing dikanan kirinya dan memiliki air
yang jernih berwarna kehijauan. Cunca Wulang berjarak sekitar 30km dari Labuan
Bajo.
Kegiatan yang diberikan lokasi
wisata ini adalah:
-
tracking yang berawal dari hutan Mbeliling
-
Berenang dan menyelam
- Berdiri tepat dibawah aliran air terjun untuk merasakan sensasi pijat,
menggunakan debit air yang deras
-
Wisata pedesaan
Air Terjun Cunca Wulang |
Dari daftar tamu/wisatawan yang kami lihat di lokasi bahwa mayoritas wisatawan adalah wisatawan mancanegara, hal ini otomatis memperlihatkan bahwa wisatawan yang datang ke labuan bajo mayoritas adalah wisatawan asing.
Perilaku wisatawan asing yang
berlibur ke labuan bajo sangat beragam, namun sebagian besar adalah backpacker
dimana terlihat bahwa akomodasi yang penuh adalah hotel kelas low budget yaitu
harga berkisar Rp. 150.000 – Rp. 250.000 sedang akomodasi dengan harga Rp.
600.000 ke atas sepi pengunjung dan jumlahnya hanya sedikit.
Kami mewawancara beberapa
wisatawan mancanegara dengan cara mengajak berbincang-bincang serta kami
bergabung dengan mereka selama perjalanan melakukan wisata di daerah tersebut.
Hasil dari wawancara dapat kami simpulkan bahwa rata-rata wisatawan yang datang
ke Labuan Bajo sebelumnya melakukan wisata ke Bali kemudian ke Labuan Bajo.
Mereka berlibur di labuan bajo paling sedikit 1 minggu lamanya, karena
sebelumnya mereka mulai berlibur di Bali. Dari pengamatan kami, mereka lebih mengutamakan experience yang didapat
dari lokasi wisata tidak begitu mengutamakan tempat tinggal yang mahal, yang
penting kamar dan kamar mandi bersih serta lokasinya dekat dengan atraksi
daerah.
Kami juga melihat bahwa
kebanyakan wisatawan yang datang ke Labuan Bajo lebih suka wisata pulau/pantai daripada pegunungan. Salah satu daya tarik Labuan Bajo adalah pulau-pulaunya
yang cantik dan adanya Pulau Komodo yang merupakan lokasi wisata yang menjadi
tujuan utama wisatawan mancanegara.
Tanggal 15 Mei, kami harus kembali ke Jakarta, kami membawa pengalaman dengan kebahagiaan tersendiri. Puas! dan informasi yang ingin kami
dapatkan sebagian besar sudah kami dapatkan.
The Researcher - TRIPPER.id |
Kami
dapat simpulkan dari perjalanan ini adalah bahwa pengembangan pariwisata daerah
akan sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat dan tentunya meningkatkan perekonomian
nasional. Manfaat yang dapat diperoleh (Sumber:Perencanaan & Pengembangan
Pariwisata,Wardiyanto & DR. M. Baiquni):
- Menimbulkan efek berganda (pariwisata meberikan efek berganda bagi sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian, sektor pengolahan bahan pangan, kerajinan tangan, sektor bangunan, sektor industri dan lainnya)
- Diversifikasi Usaha (berkembangnya pariwisata di suatu daerah tujuan wisata menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat setempat
- Memperluas kesempatan kerja (datangnya wisatawan di suatu daerah tujuan wisata yang tentunya dengan segala kebutuhannya dapat emndorong tumbuhnya berbagai usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan)
- Peningkatan fasilitas bagi penduduk (pembangunan pariwisata akan berpengaruh besar terhadap peningkatan fasilitas kehidupan masyarakat)
- Memperluas kesempatan berusaha (salah satu tolak ukur berkembangnya pariwisata di suatu daerah adalah kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata untuk menikmati objek atau daya tarik wisata yang ditawarkan sebagi produk wisata)
- Mempercepat perkemberkembangan pemukiman panduduk (berkembangnya pariwisata di suatu daerah dapat menjadi pemdorong berkembangnya permukiman penduduk)
- Peningkatan pelayanan transportasi (pelayanan transportasi yang pada awalnya ditujukan untuk mendukung pengembangan pariwisata, yakni supaya akses wisatawan menuju objek wisata jadi lebih baik, juga dapat digunakan untuk masyarakat)
- Memperluas kesempatan pendidikan (pengembangan pariwisata akan memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah yang besar, yakni untuk mengelola industri pariwisata yang produknya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan)
- Preservasi dan konservasi lingkungan (keberhasilan pembangunan pariwisata tidak saja dilihat dari banyaknya wisatawan yang mengunjunginya, tetapi juga kelangsungan keberadaan sumberdaya yang menjadi daya tarik wisata)
- Pengembangan wawasan sosial (kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata akan berpengaruh pada pengembangan wawasan sosial, baik wasatawan maupun masyarakat setempat)
- Peningkatan infrastruktur (pembangunan infrastruktur yang pada awalnya ditujukan secara khusus untuk mendukung pengembangan pariwisata pada umumnya juga dapat berperan sebagai infrastruktur yang digunakan untuk mendukung kebutuhan masyarakat pada umumnya)
Ditulis oleh Martha
Simanjuntak berdasarkan pengalaman pribadi...
0 komentar:
Posting Komentar