Berikut
adalah cerita pengalaman liburan dari salah pemenang kompetisi menulis IWITA
“Abadikan Saat Indah” – capture the
moment, the value of experience and the best way to see the beautyof Indonesia.
Bernama
Myra
Anastasia dengan judul tulisan Ray of Light Goa Jomblang
yang Bikin Speechless
(Ray of light goa Jomblang) |
Saya hanya bisa menatap kagum
ketika melihat kerjaan yang dibawa suami ke rumah. Kumpulan foto gathering
salah satu perusahaan minyak, ke salah satu goa yang sangat indah.
'Kayaknya gak mungkin banget bisa ke sini,' ujar saya dalam hati. Saya memang udah yakin aja kalau gak mungkin gak bisa ke sini. Karena untuk masuk ke dalam goanya, kita harus turun ke bawah dengan peralatan. Kelihatannya ekstrim banget. Saat itu, saya gak kepikiran untuk melakukan perjalanan ekstrim apalagi sambil bawa anak-anak yang masih kecil-kecil.
Gak disangka beberapa bulan kemudian suami mengajak ke tempat tersebut. Saya sempat gak nyangka. Antara yakin dan gak yakin dengan ajakan suami. Lagipula apa anak-saya berani? Apa anak-anak saya bisa? Apalagi Nai saat itu masih berusia 7 tahun.
'Kayaknya gak mungkin banget bisa ke sini,' ujar saya dalam hati. Saya memang udah yakin aja kalau gak mungkin gak bisa ke sini. Karena untuk masuk ke dalam goanya, kita harus turun ke bawah dengan peralatan. Kelihatannya ekstrim banget. Saat itu, saya gak kepikiran untuk melakukan perjalanan ekstrim apalagi sambil bawa anak-anak yang masih kecil-kecil.
Gak disangka beberapa bulan kemudian suami mengajak ke tempat tersebut. Saya sempat gak nyangka. Antara yakin dan gak yakin dengan ajakan suami. Lagipula apa anak-saya berani? Apa anak-anak saya bisa? Apalagi Nai saat itu masih berusia 7 tahun.
Setelah suami meyakinkan kalau
anak-anak bisa. Tapi khusus untuk Nai, bawa sendiri peralatannya dari rumah
karena badannya masih kecil. Saya pun mulai meyakinkan anak-anak. Mengenalkan
tempat tersebut lewat Google. Menjawab semua pertanyaan mereka. Memompa
keberanian mereka. Pokoknya banyak yang kami lakukan sampai akhirnya mereka
mau.
Menempuh perjalanan hampir 10
jam dari Blitar. Sebelum ke Goa Jomblang, kami memang ke Bromo dulu. Dari Bromo
lalu menginap di Blitar. Kemudian lanjut ke Jomblang dan menginap di Jomblang
resort. Perjalanan yang lumayan jauh. Kami melalui jalur alternatif selatan
yang sebetulnya udah bagus jalannya tapi sangat sepi *disarankan bawa makanan
yang cukup, deh*
Saya agak deg-degan saat sampai di Jomblang resort. Karena jalan menuju ke
sananya gelap. Trus suasana resortnya temaram. Saya gak tau dimana letaknya
goanya. Padahal katanya dekat banget sama resortnya. Saya sempet mikir yang
aneh-aneh dan berharap anak-anak malam itu gak pecicilan minta bermain di
halaman *emang dasar penakut :D* Oiya, karena kami menggunakan sedan, mobil
ditinggal di salah satu rumah penduduk. Lalu, oleh bapak pemilik rumah, kami
diantar dengan mobilnya ke Jomblang Resort.
Sampai Jomblang, kami disambut hujan yang cukup deras. Bagus lah jadi kami
lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Gak taunya hujannya awet. Sampe pagi
masih lumayan deras. Sempat ketar-ketir gak jadi turun ke Goa Jomblang. Karena
salah satu tujuan ke Goa Jomblang kan memang ingin menikmati ray of light. Dan
itu gak akan terlihat kalau cuaca gelap atau mendung. Harus terang-benderang,
itupun cuma sampai pukul 12 siang saja bisa menikmati Ray of Light di goa
Jomblang.
Suami bilang, kalau sampe masih
hujan juga, nambah menginap 1 hari lagi di Jomblang Resort. Paling siangnya
main dulu ke Jogja. Sambil menunggu datangnya siang, oleh salah satu crew
Jomblang Resort, kami diajak jalan-jalan ke salah satu goa yang juga dekat
jaraknya.
Saya lupa nama goanya apa. Itupun kami gak bisa masuk ke dalam karena
menurutnya goa dan tebing di sana hanya bisa dipakai oleh profesional. Mulut
goanya kecil, harus memakai peralatan khusus untuk turun ke kedalaman 100
meter. Tapi katanya di dalamnya itu ada danau yang sangat indah. *Cuma
ngebayanginnya aja saya udah kagum :)*
Sepanjang jalan menuju goa dipenuhi dengan tanaman jati, kedelai hitam, singkong, aneka buah-buahan, dan lainnya. Terlihat tumbuh subur semuanya. Menurut pemandu kami, dulu area di sana sangat gersang. Penduduk sekitar banyak yang secara liar menambang batu gamping. Bahkan truk pun bisa masuk ke sana. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Cahyo Alkanta, dia tidak hanya mendirikan Jomblang resort tapi kepeduliannya terhadap lingkungan membuat tanah di area tersebut menjadi subur kembali. Selesai berjalan-jalan, cuaca pun cerah. Yess! Jadi nih turun ke Goa Jomblang.
Hutan Purba dan Berada di Perut
Goa Jomblang
Sebelum menikmati ray of light,
kami turun dulu ke kedalaman 60 m menggunakan tali. Gak langsung masuk ke goa,
melainkan ke hutan purba. Kami pun mendapatkan penjelasan tentang hutan purba.
Katanya, dulu hutan ini berada di atas. Karena ada sungai di dalam tanah yang
membentuk pusaran air menyebabkan tanah di atasnya roboh ke bawah. Itulah
kenapa dinamakan goa Jomblang.
Pepohonan yang ikut turun ke
bawah tetap tumbuh hingga sekarang. Sekarang ini, pepohonan tersebut termasuk
langka karena tidak ada lagi yang tumbuh di daerah atas. Makanya banyak
peneliti dari berbagai negara yang datang ke hutan purba untuk meneliti aneka
pepohonan tersebut.
Kami
lalu meneruskan perjalanan menuju goa Jomblang. Jalannya menurun dan licin.
Kami harus turun sambil berpegangan tali. Goanya sangat luas dan
langit-langitnya tinggi sekali. Suasana di dalamnya terasa kering. Katanya,
dulu goa ini banyak kelelawarnya. Tapi sekarang entah kemana sejak manuasia
mulai berdatangan ke goa ini.
Ray of light di Goa Grubug
Setelah berjalan kurang lebih 15 menit, sampailah kami di goa grubug. Total
dari atas kami turun sepanjang 100 meter (60 meter turun vertikal menggunakan
tali, sisanya jalan kaki). Goa grubug adalah tempat dimana kami bisa menikmati
Ray of Light. Yup! Ray of light sebetulnya adanya di goa grubug, tapi banyak
yang bilang ada di goa jomblang mungkin karena banyak pengunjung yang mengawali
perjalanannya dari goa grubug.
Katanya goa yang memiliki
fenomena ray of light hanya ada 2 di dunia, yaitu Indonesia dan Belgia.
Berbanggalah Sahabat Jalan-Jalan KeNai sebagai bangsa Indonesia karena
keindahan alam Indonesia memang menakjubkan. Lagian daripada jauh-jauh ke
Belgia, mending di Indonesia. Asalkan tetap jaga kelestarian alamnya, ya! :)
Saya speechless ketika melihat fenomena ray of light. Indah sekali, ya Allah. Mengertilah sekarang kenapa harus dalam keadaan sinar matatahari yang cerah untuk bisa menikmati fenomena tersebut. Karena kalau tidak cerah, hanya seperti goa biasa aja. Terlihat gelap, sinar matahari yang sesekali masuk ke dalam lubang goa grubrug yang membuat suasana di salam goa terlihat sangat menakjubkan. Dinamakan goa Grubug karena di bawahnya ada sungai yang mengalir deras. Suaranya terdengar 'grubug-grubug' menandakan arus yang deras. Sebetulnya bisa bermain air di sana. Tapi, karena baru hujan deras, airnya pun menjadi sangat deras. Cukup berbahaya untuk bermain air. Jadi, kami pun menikmati goanya saja.
Saya speechless ketika melihat fenomena ray of light. Indah sekali, ya Allah. Mengertilah sekarang kenapa harus dalam keadaan sinar matatahari yang cerah untuk bisa menikmati fenomena tersebut. Karena kalau tidak cerah, hanya seperti goa biasa aja. Terlihat gelap, sinar matahari yang sesekali masuk ke dalam lubang goa grubrug yang membuat suasana di salam goa terlihat sangat menakjubkan. Dinamakan goa Grubug karena di bawahnya ada sungai yang mengalir deras. Suaranya terdengar 'grubug-grubug' menandakan arus yang deras. Sebetulnya bisa bermain air di sana. Tapi, karena baru hujan deras, airnya pun menjadi sangat deras. Cukup berbahaya untuk bermain air. Jadi, kami pun menikmati goanya saja.
Selesai menikmati, kami gak
langsung balik tapi makan siang dulu di dalam goa. Pengalaman yang baru bagi
saya dan anak-anak merasakan makan siang di dalam goa. Yang namanya menjaga
kebersihan itu wajib hukumnya dimanapun. Saya lihat kebersihan di sana sangat
terjaga. Pemandunya juga dengan tegas selalu mengingatkan. Sampah bekas makan,
dikumpulkan kembali.
Di goa tersebut juga ada batu
putih besar bernama batu gordam. Untuk berfoto di dekat batu, gak boleh
dalam keadaan kotor. Kaos kaki dan sepatu pun harus dicopot. Karena memang
berada di sana itu banyak lumpurnya jadi harus dibersihkan dulu. Tujuannya
adalah untuk menjaga supaya batu tersebut tetap terlihat putih bersih. Tapi gak
perlu khawatir cari air, di dekat batu kondisinya basah seperti hujan karena
air mengucur dari langit-langit goa. Suami malah melarang kami untuk naik ke
atas batu *walopun sebetulnya pengunjung masih dibolehkan naik, asalkan dalam
keadaan bersih*. Menurut suami, untuk bisa membentuk batu itu kan butuh waktu
yang sangat lama. Batu tersebut terus tumbuh karena kucuran air, jadi sayang
banget kalau diinjek, begitu alasan suami.
Sesudah menikmati fenomena ray
of light dan makan siang, kami pun kembali berjalan kaki menuju goa Jomblang.
Nai sempet ngambek ketika waktunya naik ke atas. Dia gak mau tandem, maunya
sendiri. Kenapa diminta tandem karena badan Nai masih kecil. Pemandu khawatir
kalau Nai naik sendirian maka badannya akan berputar ketika ditarik secara
vertikal. Kalau terlalu berputar dikhawatirkan Nai akan pusing. Tapi ya karena
Nai tetep ngotot kepengen naik sendiri, permintaannya pun dikabulkan. Hanya
saja harus sangat berhati-hati menariknya supaya talinya tetap tegak lurus
sehingga badan Nai gak berputar.
Pengalaman yang seru banget. Keke dan Nai yang tadinya Chi
khawatirkan akan ketakutan malah ketagihan. Kalau kami tinggalnya di Jogja,
bisa-bisa minta balik ke sana melulu hahaha. Semoga kami masih bisa melihat
kecantikan ray of light goa Jomblang lagi.
Untuk kisaran harga caving goa Jomblang dan menginap di Jomblang Resort, saya kurang tau pasti. Cuma tau harga dari Google aja. Karena suami ketika saya tanya cuma cengar-cengir. Mending langsung tanya ke Cahyo Alkantana aja di 0811117010 :)
Catatan: Ini adalah perjalanan tahun 2013 saat liburan kenaikan kelas. Semua foto di postingan ini masih menggunakan kamera Canon PowerShot A180 *yang sekarang udah rusak hehehe*. Tulisan pendukung untuk postingan ini:
Untuk kisaran harga caving goa Jomblang dan menginap di Jomblang Resort, saya kurang tau pasti. Cuma tau harga dari Google aja. Karena suami ketika saya tanya cuma cengar-cengir. Mending langsung tanya ke Cahyo Alkantana aja di 0811117010 :)
Catatan: Ini adalah perjalanan tahun 2013 saat liburan kenaikan kelas. Semua foto di postingan ini masih menggunakan kamera Canon PowerShot A180 *yang sekarang udah rusak hehehe*. Tulisan pendukung untuk postingan ini:
Penulis : Myra Anastasia
Nama
Blog : (http://www.jalanjalankenai.com/2015/08/ray-of-light-goa-jomblang-yang-bikin-speechless.html)
0 komentar:
Posting Komentar