Dalam
rangka memperingati ‘International Women’s
Day’, Selasa, 8 Maret 2016, Soroptimist International DKI Jakarta (SI DKI Jakarta) melaksanakan
kegiatan ‘Self Motivation Day’ yang
ditujukan kepada anak-anak di Rumah Belajar Miranda. Kegiatan ini dihadiri para
pengurus SI DKI Jakarta. Selain memberikan materi edukasi bagi anak-anak, kegiatan
ini diselingi dengan permainan motivasi diri.
Awalnya anak-anak
terlihat malu ketika Ibu Martha Simanjuntak (pemberi materi), Founder IWITA (Indonesian Women IT Awareness) melemparkan beberapa pertanyaan kepada anak-anak dari
Rumah Baca Miranda (RBM). Ibu
Martha mengajar anak-anak di Rumah Baca Miranda. Dengan interaktif, Ibu Martha
mengajak mereka berbicara, berbincang dan bermain sambil menjelaskan tentang
handphone, internet dan media social
secara umum. Tanpa terasa, anak-anak pun berani bicara dan
maju tampil ke depan.
Martha Simanjuntak, Founder IWITA |
Ada sekitar 20 anak perempuan RBM, dengan
rata-rata usia 6 sampai 11 tahun yang
mengikuti kegiatan ini. Tidak mudah memang untuk
menjadi bagian dari orang yang dipercaya oleh anak-anak sebagai seseorang yang
bisa mengubah atau membantunya dalam memiliki kepercayaan diri sebagai self
motivation. Keterbukaan pola pikir untuk berani berbicara di depan umum serta
percaya diri menjadi salah satu dorongan agar anak memiliki self motivation. Menurut Martha Simanjuntak hal ini dapat membantu
anak-anak khususnya anak perempuan dapat membangun rasa percaya diri sehingga
mampu berdiri sendiri, membentuk dirinya semakin yakin dengan kemampuannya
sendiri dalam menggapai cita-cita dan harapan.
Begitu pula dengan
pemberitahuan akan kegunaan handphone dan pemanfataannya, terutama pada
penggunaan koneksi internet yang menyambung media sosial, menjadi salah satu
titik awal, bahwa anak-anak boleh menggunakan handphone, asalkan tahu baik dan
buruknya. Dari sana, diharapkan anak paham dan memiliki konsep diri dalam
menggunakan handphone dan internet.
Any Aryani - President Soroptimist International DKI Jakarta |
Maya Miranda dan Spirit Akhlak dalam Rumah Belajar Miranda
Rumah Belajar
Miranda sendiri dibangun berdasarkan akhlak. Pendidikan yang diajarkan
berlandaskan pada pendidikan karakter akhlakul karimah. Demikian kata Maya
Miranda, Pendiri Rumah Belajar Miranda.
Sejak dua tahun
lalu, Maya Miranda mendirikan Rumah Belajar Miranda. Awalnya dia hanya ingin
meneruskan amanah ibunya dalam meneruskan kegiatan majelis taklim yang biasa
diadakan oleh keluarga mereka. Maka, Maya pun menjalankan amanah sang ibu.
Melihat kondisi
lingkungan yang masih banyak anak jalanan dan tidak mampu, Maya pun membuat TPA
(Taman Pendidikan Anak) dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Maka, rumahnya
yang berlantai tiga, dia jadikan sebagai Rumah Belajar Miranda. Suatu kegiatan
mengajar dari mulai anak-anak sampai tua, dari PAUD sampai majelis taklim.
Tahapan awalnya
studi banding ke TPA dan PAUD lalu mempelajari. Hal tersebut untuk menghindari
dari hal-hal yang tidak diinginkan atau ketika terjadi sesuatu, tahu akan solusi
yang akan dilakukan atau antisipasinya.
Pencarian guru
dilakukan dengan seleksi yang sangat ketat. Guru yang dicari adalah guru-guru
yang punya passion terhadap anak-anak. Anak-anak itu adalah anak-anak mereka,
dan seperti keluarga. Hal tersebut disupport juga oleh masyarakat lingkungan
sekitar.
Sebenarnya,
anak-anak muda itu memiliki hak pendidikan yang layak. Tetapi, hak itu tidak
dapat mereka jangkau karena keterbatasan ekonomi, akses, network dan kehidupan. Saya merasa sudah
sepantasnya melakukan ini semua, sebagai rasa syukur sudah diberi oleh Tuhan
nikmat. Demikian kata Maya. Sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat.
Lanjut Maya.
Kini, Rumah Belajar
Miranda yang terdiri dari tiga lantai dengan 7 ruangan ini sudah memiliki 15
guru dan kurang lebih 500 murid. Sebuah capaian dan pembuktian bahwa banyak
anak yang sangat membutuhkan pendidikan yang berkualitas.
Rumah Belajar
Miranda merupakan bangunan megah dengan fasilitas yang mewah. Ada perpustakaan
dan computer, fasilitas meja dan kursi yang nyaman, ruang mushala yang indah,
deretan hiasan dinding rumah yang menawan, tentu saja akan membuat betah siapa
saja yang datang ke rumah ini.
Adapun proses
belajar mengajar dilakukan secara professional. Rumah Belajar Miranda sendiri
memiliki manajemen professional dalam pengelolaannya. Maya menyebutkan bahwa kita
tidak mau tanggung-tanggung dalam membantu.
RBM sendiri dikenal
dari mulut ke mulut. Bukan karena sosialnya, karena bagi mereka yang mampu tetap
berbayar tetapi pada dasarnya mensyiarkan pendidikan. Secara formalnya memang
ada Bahasa Inggris, Calistung atau Matematika, tetapi yng ditekankan oleh Maya
dan RBM adalah akhlak. Akhlak sebagai manusia harus happy, senang belajar.
Kalau orang happy, cara berpikir
menjadi positif. Jadi, orang itu nggak sulit. Ujar Maya
dengan tegas.
Hal yang menarik
dari perbincangan dengan Maya, adalah spirit hidup atau self motivation yang
dia tuangkan dalam Rumah Belajar Miranda. “Begitu saya berpikir tentang berbagi
dan RBM, Allah mudahkan. Kalaupun ada kesulitan, justru itu bukan menjadi
stuck. Hal tersebut lebih pada proses untuk mengerti pada hal-hal berikutnya.
Saya bercita-cita memberikan yang terbaik. Semua fasilitas yang di sini yang
terbaik. Bukan yang sekedar. Kalau selama masih bisa memberikan yang baik dan
bagus, kenapa mesti memberikan yang alakadarnya. Kita mau berbagi ketika tahu
bahwa hidup itu seperti apa. Hidup itu sebentar. Allah memberi kita kebahagiaan
dan ujian dalam kekayaan dan kesulitan. Kalau sudah seperti itu, tinggal
kitanya aja. Maka, ketika kita akan membantu, jangan tanggung-tanggung.
Satu lagi yang
membuat Maya Miranda bahagia, “Saya mau anak-anak yang sekolah di sini bangga, bahwa
saya belajar di RBM. Anak-anak yang tidak mampu itu harus memiliki kepercayaan
diri yang tinggi. Anak-anak yang sekolah di sini harus memiliki kebahagiaan.
Anak-anak yang datang ke sini ketika pulang berkata, ‘Alhamdulillah, ya Allah
dapat ilmu.’
Demikianlah, spirit Maya Miranda dalam membangun RBM.
Dengan keyakinannya bahwa setiap memiliki niat kebaikan, maka akan Allah
mudahkan. Hal tersebutlah yang menjadikan RBM sebagai kegiatan sosial yang
ditangani dengan professional. Semoga ini menjadi inspirasi bagi kita semua,
dan akan bermunculan perempuan-perempuan Indonesia yang berbagi dan mengajak
pada kebaikan bagi penghuni bumi pertiwi. Amin..
Penulis: Yulia Rahmawati
Editor: IWITA
0 komentar:
Posting Komentar