Minggu, 20 Maret 2016

Bentuk Karakter Anak dengan 'Self Motivation'


Dalam rangka memperingati ‘International Women’s Day’, Selasa, 8 Maret 2016, Soroptimist International DKI Jakarta (SI DKI Jakarta) melaksanakan kegiatan ‘Self Motivation Day’ yang ditujukan kepada anak-anak di Rumah Belajar Miranda. Kegiatan ini dihadiri para pengurus SI DKI Jakarta. Selain memberikan materi edukasi bagi anak-anak, kegiatan ini diselingi dengan permainan motivasi diri.


Awalnya anak-anak terlihat malu ketika Ibu Martha Simanjuntak (pemberi materi), Founder IWITA (Indonesian Women IT Awareness) melemparkan beberapa pertanyaan kepada anak-anak dari Rumah Baca Miranda (RBM). Ibu Martha mengajar anak-anak di Rumah Baca Miranda. Dengan interaktif, Ibu Martha mengajak mereka berbicara, berbincang dan bermain sambil menjelaskan tentang handphone, internet dan media social secara umum. Tanpa terasa, anak-anak pun berani bicara dan maju tampil ke depan.




Martha Simanjuntak, Founder IWITA

Ada sekitar 20 anak perempuan RBM, dengan rata-rata usia 6 sampai 11 tahun yang mengikuti kegiatan ini. Tidak mudah memang untuk menjadi bagian dari orang yang dipercaya oleh anak-anak sebagai seseorang yang bisa mengubah atau membantunya dalam memiliki kepercayaan diri sebagai self motivation. Keterbukaan pola pikir untuk berani berbicara di depan umum serta percaya diri menjadi salah satu dorongan agar anak memiliki self motivation. Menurut Martha Simanjuntak hal ini dapat membantu anak-anak khususnya anak perempuan dapat membangun rasa percaya diri sehingga mampu berdiri sendiri, membentuk dirinya semakin yakin dengan kemampuannya sendiri dalam menggapai cita-cita dan harapan.




Begitu pula dengan pemberitahuan akan kegunaan handphone dan pemanfataannya, terutama pada penggunaan koneksi internet yang menyambung media sosial, menjadi salah satu titik awal, bahwa anak-anak boleh menggunakan handphone, asalkan tahu baik dan buruknya. Dari sana, diharapkan anak paham dan memiliki konsep diri dalam menggunakan handphone dan internet.

Any Aryani - President Soroptimist International DKI Jakarta



Maya Miranda dan Spirit Akhlak dalam Rumah Belajar Miranda

Rumah Belajar Miranda sendiri dibangun berdasarkan akhlak. Pendidikan yang diajarkan berlandaskan pada pendidikan karakter akhlakul karimah. Demikian kata Maya Miranda, Pendiri Rumah Belajar Miranda.

Sejak dua tahun lalu, Maya Miranda mendirikan Rumah Belajar Miranda. Awalnya dia hanya ingin meneruskan amanah ibunya dalam meneruskan kegiatan majelis taklim yang biasa diadakan oleh keluarga mereka. Maka, Maya pun menjalankan amanah sang ibu.

Melihat kondisi lingkungan yang masih banyak anak jalanan dan tidak mampu, Maya pun membuat TPA (Taman Pendidikan Anak) dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Maka, rumahnya yang berlantai tiga, dia jadikan sebagai Rumah Belajar Miranda. Suatu kegiatan mengajar dari mulai anak-anak sampai tua, dari PAUD sampai majelis taklim.

Tahapan awalnya studi banding ke TPA dan PAUD lalu mempelajari. Hal tersebut untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan atau ketika terjadi sesuatu, tahu akan solusi yang akan dilakukan atau antisipasinya.

Pencarian guru dilakukan dengan seleksi yang sangat ketat. Guru yang dicari adalah guru-guru yang punya passion terhadap anak-anak. Anak-anak itu adalah anak-anak mereka, dan seperti keluarga. Hal tersebut disupport juga oleh masyarakat lingkungan sekitar.   

Sebenarnya, anak-anak muda itu memiliki hak pendidikan yang layak. Tetapi, hak itu tidak dapat mereka jangkau karena keterbatasan ekonomi, akses, network dan kehidupan. Saya merasa sudah sepantasnya melakukan ini semua, sebagai rasa syukur sudah diberi oleh Tuhan nikmat. Demikian kata Maya. Sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat. Lanjut Maya.

Kini, Rumah Belajar Miranda yang terdiri dari tiga lantai dengan 7 ruangan ini sudah memiliki 15 guru dan kurang lebih 500 murid. Sebuah capaian dan pembuktian bahwa banyak anak yang sangat membutuhkan pendidikan yang berkualitas.

Rumah Belajar Miranda merupakan bangunan megah dengan fasilitas yang mewah. Ada perpustakaan dan computer, fasilitas meja dan kursi yang nyaman, ruang mushala yang indah, deretan hiasan dinding rumah yang menawan, tentu saja akan membuat betah siapa saja yang datang ke rumah ini.  

Adapun proses belajar mengajar dilakukan secara professional. Rumah Belajar Miranda sendiri memiliki manajemen professional dalam pengelolaannya. Maya menyebutkan bahwa kita tidak mau tanggung-tanggung dalam membantu.

RBM sendiri dikenal dari mulut ke mulut. Bukan karena sosialnya, karena bagi mereka yang mampu tetap berbayar tetapi pada dasarnya mensyiarkan pendidikan. Secara formalnya memang ada Bahasa Inggris, Calistung atau Matematika, tetapi yng ditekankan oleh Maya dan RBM adalah akhlak. Akhlak sebagai manusia harus happy, senang belajar. Kalau orang happy, cara berpikir menjadi positif. Jadi, orang itu nggak sulit. Ujar Maya dengan tegas.

Hal yang menarik dari perbincangan dengan Maya, adalah spirit hidup atau self motivation yang dia tuangkan dalam Rumah Belajar Miranda. “Begitu saya berpikir tentang berbagi dan RBM, Allah mudahkan. Kalaupun ada kesulitan, justru itu bukan menjadi stuck. Hal tersebut lebih pada proses untuk mengerti pada hal-hal berikutnya. Saya bercita-cita memberikan yang terbaik. Semua fasilitas yang di sini yang terbaik. Bukan yang sekedar. Kalau selama masih bisa memberikan yang baik dan bagus, kenapa mesti memberikan yang alakadarnya. Kita mau berbagi ketika tahu bahwa hidup itu seperti apa. Hidup itu sebentar. Allah memberi kita kebahagiaan dan ujian dalam kekayaan dan kesulitan. Kalau sudah seperti itu, tinggal kitanya aja. Maka, ketika kita akan membantu, jangan tanggung-tanggung.

Satu lagi yang membuat Maya Miranda bahagia, “Saya mau anak-anak yang sekolah di sini bangga, bahwa saya belajar di RBM. Anak-anak yang tidak mampu itu harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Anak-anak yang sekolah di sini harus memiliki kebahagiaan. Anak-anak yang datang ke sini ketika pulang berkata, ‘Alhamdulillah, ya Allah dapat ilmu.’

Demikianlah, spirit Maya Miranda dalam membangun RBM. Dengan keyakinannya bahwa setiap memiliki niat kebaikan, maka akan Allah mudahkan. Hal tersebutlah yang menjadikan RBM sebagai kegiatan sosial yang ditangani dengan professional. Semoga ini menjadi inspirasi bagi kita semua, dan akan bermunculan perempuan-perempuan Indonesia yang berbagi dan mengajak pada kebaikan bagi penghuni bumi pertiwi. Amin..




Penulis: Yulia Rahmawati
Editor: IWITA

0 komentar:

Posting Komentar